Sabtu, 13 Juni 2015

forgive




Saya tidak menyukai kata ‘karma’ tapi saya percaya adanya balasan atas perbuatan yang kita lakukan. Tapi, tidak jarang manusia hanya memandang segala sesuatu secara subjektif sehingga selalu merasa dialah yang paling menderita dan orang lain yang membuat kesalahan. Tanpa melihat dari sisi lain, sisi sebagai manusia biasa yang juga pernah melakukan salah. Bukankah perlakuan kita terhadap sesama manusia lain belum tentu baik?

Ketika saya patah hati, ada beberapa teman berkata, “Kamu tuh orang baik, nggak pantes disakitin sama orang brengsek kayak dia”

Mungkin mereka (teman-teman saya) hanya merasa kasihan, karena saya memang pantas mendapat predikat drama queen untuk urusan yang seperti ini. Tapi lihatlah, saya tidak apa-apa, saya masih bisa tertawa, dan bangkit walau memang saya bukan orang yang tegar apalagi sabar.  

Karena dibalik perasaan yang terluka, saya selalu mencoba kembali pada kewarasan saya, saya menelaah lagi apa yang telah saya lakukan selama ini, introspeksi diri sendiri. Dan ya, saya mungkin memang orang baik menurut mereka, tapi bukan berarti saya tidak pernah menyakiti hati orang lain. Saya ditinggalkan karena pernah meninggalkan, saya dikecewakan karena pernah mengecewakan. Saya bukan menyalahkan diri sendiri, sederhananya saya hanya harus menyadari bahwa saya sedang diberi pelajaran agar dapat menjadi manusia yang lebih baik dan berempati.

Saya tau, tidak semua orang yang bisa berfikir positif seperti itu, kebanyakan bahkan malah menginginkan sesuatu yang buruk terjadi pada orang yang telah menyakiti mereka. Let me tell you, orang yang seperti itu tidak akan pernah mendapatkan kedamaian di dalam hatinya. 

“Daun yang jatuh, tidak pernah membenci angin” –Tere Liye

Terima saja siklus sebab-akibat, karena memang begitulah seharusnya hidup. Jangan lantas membuat kita menjadi orang yang apatis. Tidak perlu memelihara dendam, hidup terlalu singkat untuk terpuruk walau keadilan hanya berada di surga. Tetaplah bersenang-senang.

Forget your past, forgive yourself, and begin again.
Cheers!

Sabtu, 06 Juni 2015

hey there



I don’t know who you are. Maybe we have seen each other, talk to each other before, or not. But I believe, you’re there somewhere.


Kepada kamu..
Ketahuilah bahwa sebelum bertemu denganmu, aku telah menjalani berbagai kisah dengan beberapa pria
Entah sudah berapa kali aku menelan pahitnya rasa kecewa, entah sudah berapa kali aku tersesat di dalam perasaan yang semu dan abu-abu
Tapi, semua itu bukanlah masalah, aku akan tetap mencintaimu dengan utuh
Bersamamu, luka-luka di masa lalu takkan lagi berarti apa-apa, pedihnya bekas patah hati takkan lagi terasa apa-apa

Kepada kamu..
Kamu bukanlah pria pertama yang pernah kurindukan setiap malamnya, tanganmu bukanlah tangan pertama yang pernah kugenggam dengan mesra
Kamu bukanlah pria pertama yang pernah kutatap dengan penuh makna, namamu bukanlah nama pertama yang pernah kusebut di setiap ku membuka dan menutup kelopak mata
Tapi, kupastikan kau adalah muara dari semua alurku melangkah, tubuhmu adalah tempat terakhir dimana pelukku menemukan rumah

Kepada kamu..
Yang telah digariskan takdir sebagai temanku berlayar mengarungi derasnya lautan hidup yang semakin garang
Pria yang membuatku mampu untuk tenang dan meredakan segala ego yang terkadang meradang

Aku tak berharap kau datang dengan kuda putih dan membawa seikat mawar merah, sebab hadirmu saja sudah cukup menjadi sepenuhnya pengabulan doa serta harapan yang di-aamiin-kan oleh seluruh semesta

Kepada kamu.. 
Semoga sempat waktu kita untuk mengucap salam dan berterimakasih karena telah jatuh cinta 

I’ll wait, for you.