Kamis, 17 September 2015

Yes or No?

Di tengah-tengah deadline laporan PPL, saya menyempatkan waktu untuk menulis postingan ini. Writing is my space to breathe, you know that so well, right?
Baiklah.
Kali ini saya teringat sebuah percakapan saya dengan teman saya tentang ‘pentingkah sebenarnya mengumbar-umbar pasangan?’
Fyi, saya tidak pernah berpacaran sampai satu tahun, saya belum pernah merasakan jatuh cinta sampai berkeinginan untuk serius sampai pelaminan, saya juga tidak punya banyak kisah-kisah cinta seperti drama korea. Kisah cinta saya biasa-biasa saja layaknya anak remaja yang beranjak dewasa dengan siklus jatuh cinta - pacaran – putus – susah move on – jatuh cinta lagi - putus, masih cengeng dan cetek. Kalau ada yang berfikir bahwa saya orang yang luar biasa dalam hubungan asmara, kalian salah besar.
Ada banyak pilihan tentang masalah relationship, ada yang pacaran biasa sampai luar biasa, ada yang diumbar ada juga yang diam-diam. Tergantung orang yang memilih hubungan mereka akan bagaimana.
Namun kali ini, saya dan teman saya sepakat bahwa pacaran tidak perlu terlalu diumbar-umbar.
KENAPA ?
Ingatlah yang kalimat ini: karena pacarmu belum tentu jodohmu.
***
Tidak salah memang, orang-orang yang sedang jatuh cinta biasanya memang akan alay waktunya, mungkin sangking bahagianya karena telah dianugerahkan perasaan yang indah atau mungkin hanya sekedar mencari sensasi atau mungkin pembuktian bahwa dia sudah sepenuhnya keluar dari masa lalu.
Tapi percayalah, diantara jenis-jenis orang itu semuanya akan berakhir pada satu hal ketika ternyata hubungan mereka tidak berhasil, itulah yang dinamakan penyesalan. Tidak sedikit mereka yang sudah serius dan berharap tinggi dengan sebuah  hubungan pada akhirnya hanya mendapat malu dan kecewa.
Sangking jatuh cinta sampai alaynya, kita memang sering lupa bertanya pada diri sendiri “Bagaimana jika ternyata dia bukan jodohku?”
Kita mengesampingkan semua akal sehat dan realita saat jatuh cinta dan pada akhirnya terjebak pada hubungan yang hambar, yang seharusnya bisa diakhiri dengan damai, yang seharusnya bisa ditinggalkan demi menyelamatkan harga diri, hanya karena FAKTOR X. Tidak sedikit orang yang ‘terjebak’ pacaran lama hanya karena,
“sayang putus, semua temen-temen dan keluarga udah kenal sama dia”
“sayang putus, aku uda ngorbanin banyak hal ke dia”
“sayang putus, males kenal lagi sama orang yang baru, kan uda lama sama dia”
Dan sayang putus sayang putus lainnya yang menyebabkan kalimat GREAT THINGS NEVER CAME FROM COMFORT ZONES tidak lagi mempunyai makna apa-apa. Makan hati bertahun-tahun karena mempertahankan orang yang salah, orang yang seharusnya bisa ditinggalkan dengan baik.
That’s why saya mulai setuju dengan hubungan yang santai tapi pasti. Tidak perlu ditutupi tapi juga tidak perlu diumbar dengan berlebihan. Untuk meminimalisir rasa penyesalan, kecewa, dan malu.
Juga bagi mereka yang ingin menunjukkan pada dunia betapa berharga pacarnya, ya silahkan saja, selama itu hal baik yang bisa dilakukan. Kembali pada “Jalani apapun dan bagaimanapun yang membuatmu bahagia.”
***
Yes or no?