Di
tengah-tengah deadline laporan PPL, saya menyempatkan waktu untuk menulis
postingan ini. Writing is my space to breathe, you know that so well, right?
Baiklah.
Kali ini
saya teringat sebuah percakapan saya dengan teman saya tentang ‘pentingkah
sebenarnya mengumbar-umbar pasangan?’
Fyi, saya
tidak pernah berpacaran sampai satu tahun, saya belum pernah merasakan jatuh
cinta sampai berkeinginan untuk serius sampai pelaminan, saya juga tidak punya
banyak kisah-kisah cinta seperti drama korea. Kisah cinta saya biasa-biasa saja
layaknya anak remaja yang beranjak dewasa dengan siklus jatuh cinta - pacaran –
putus – susah move on – jatuh cinta lagi - putus, masih cengeng dan cetek.
Kalau ada yang berfikir bahwa saya orang yang luar biasa dalam hubungan asmara,
kalian salah besar.
Ada
banyak pilihan tentang masalah relationship, ada yang pacaran biasa sampai luar
biasa, ada yang diumbar ada juga yang diam-diam. Tergantung orang yang memilih
hubungan mereka akan bagaimana.
Namun
kali ini, saya dan teman saya sepakat bahwa pacaran tidak perlu terlalu
diumbar-umbar.
KENAPA ?
Ingatlah
yang kalimat ini: karena pacarmu belum
tentu jodohmu.
***
Tidak
salah memang, orang-orang yang sedang jatuh cinta biasanya memang akan alay
waktunya, mungkin sangking bahagianya karena telah dianugerahkan perasaan yang
indah atau mungkin hanya sekedar mencari sensasi atau mungkin pembuktian bahwa
dia sudah sepenuhnya keluar dari masa lalu.
Tapi
percayalah, diantara jenis-jenis orang itu semuanya akan berakhir pada satu hal
ketika ternyata hubungan mereka tidak berhasil, itulah yang dinamakan
penyesalan. Tidak sedikit mereka yang sudah serius dan berharap tinggi dengan
sebuah hubungan pada akhirnya hanya
mendapat malu dan kecewa.
Sangking
jatuh cinta sampai alaynya, kita memang sering lupa bertanya pada diri sendiri “Bagaimana jika ternyata dia bukan jodohku?”
Kita
mengesampingkan semua akal sehat dan realita saat jatuh cinta dan pada akhirnya
terjebak pada hubungan yang hambar, yang seharusnya bisa diakhiri dengan damai,
yang seharusnya bisa ditinggalkan demi menyelamatkan harga diri, hanya karena
FAKTOR X. Tidak sedikit orang yang ‘terjebak’ pacaran lama hanya karena,
“sayang putus,
semua temen-temen dan keluarga udah kenal sama dia”
“sayang putus, aku
uda ngorbanin banyak hal ke dia”
“sayang putus,
males kenal lagi sama orang yang baru, kan uda lama sama dia”
Dan
sayang putus sayang putus lainnya yang menyebabkan kalimat GREAT THINGS NEVER
CAME FROM COMFORT ZONES tidak lagi mempunyai makna apa-apa. Makan hati
bertahun-tahun karena mempertahankan orang yang salah, orang yang seharusnya
bisa ditinggalkan dengan baik.
That’s
why saya mulai setuju dengan hubungan yang santai tapi pasti. Tidak perlu
ditutupi tapi juga tidak perlu diumbar dengan berlebihan. Untuk meminimalisir rasa
penyesalan, kecewa, dan malu.
Juga
bagi mereka yang ingin menunjukkan pada dunia betapa berharga pacarnya, ya
silahkan saja, selama itu hal baik yang bisa dilakukan. Kembali pada “Jalani
apapun dan bagaimanapun yang membuatmu bahagia.”
***
Yes or
no?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar